Bagaimana jika terjadi perselingkuhan?

Saat menghadapi masalah sepelik ini, sikap pertama yang harus diambil adalah mengintrospeksi diri. Tidak peduli seberapa besarnya kesalahan suami atau istri kita, kita sendiri harus merenungkan, dalam hal ini dimana letak kesalahan saya? Kita tidak boleh hanya menyalahkan pihak lain, bertepuk sebelah tangan tidak akan mengeluarkan suara.

Misalnya jika suami salah 80 persen, kita salah 20 persen. Kita harus dengan kepala dingin merenungkan 20 persen kesalahan itu, karena dengan bersedia introspeksi, seseorang baru bisa berpikir dengan lebih bijak. Jika kita terus menerus memikirkan kesalahan orang lain, pikiran kita akan menjadi emosional dan akibatnya pernikahan ini akan berakhir dengan menyedihkan.

Saat suami atau istri berselingkuh, jangan buru-buru menudingnya. Pikirkanlah, apakah tutur kata saya telah membuatnya merasa tidak nyaman? Apakah saya ada menjaga penampilan saya? Apakah saya sudah mengurus rumah tangga dan anak dengan baik? Atau disisi mana saya bisa buat lebih baik Mungkin anda akan merasa rugi atau kalah dengan berpikir demikian. Coba bayangkan, seperti saat menanam padi, kita seolah-olah terus melangkah mundur, tapi melihat padi yang sudah tertanam didepan mata, sebenarnya kita sedang bergerak maju. Kebahagiaan sebuah rumah tangga memang dibina dari dedikasi dan pengorbanan. Kita harus terlebih dahulu memenuhi kewajiban kita, baru kemudian dapat menggugah hati pasangan dengan  hati kita yang tulus. Kita tidak akan merasa rugi lagi saat menuai hasilnya.

Sikap Kedua, kita harus ingat untuk tidak menyalahkan pihak ketiga. Banyak orang sering berkata, ini gara-gara wanita atau pria hidung belang itu. Pepatah berkata ,api rumah tidak terbakar, api liar tidak membara. (家火不烧,野火不起).Jika dalam rumah sendiri tidak timbul masalah , orang luar tidak mungkin bisa merusak rumah tangga kita.

Mengsius berkata, Hanya dengan seseorang tidak menghargai diri sendiri, orang lain baru menghina kita. Dalam rumah sendiri tidak damai dan akur, orang lain baru bisa merusak rumah tangga kita. Dalam negara sendiri saling bertikai, negara lain baru bisa mengambil kesempatan. Jadi akar permasalahnya ada pada masing-masing individu pasangan. Dengan pengertian demikian kita baru bisa menyelesaikan masalah.

Sikap ketiga, Kita boleh mengambil cara pemikiran, saat suami benar kita bisa menganggapnya sebagai ayah. Dari sisi memujinya, dengan demikian ia akan terdorong untuk melakukannya lebih baik lagi. Pada saat biasa menganggapnya sebagai teman. Saling memberi ruang gerak dan tidak saling memberi tekanan. Saat suami melakukan kesalahan kita menganggapnya sebagai anak. Saat anak anda melakukan kesalahan, akankah anda terus perhitungan dengannya? Anda akan dengan penuh kasih toleran pada anak anda. Anda mungkin akan berkata, ia bukan anak kecil lagi, tidak seharusnya melakukan kesalahan seperti ini. Benarkah orang dewasa tidak melakukan kesalahan? Coba rangkullah ia bagai anakmu, lihat apa yang terjadi pada hati anda dan hatinya.

Dalam sebuah ceramah, Cai Li Xu(蔡礼旭) berkata, jika ingin keluarga langgeng , setelah menikah kita harus bisa hanya melihat kelebihan pasangan. Dari bawah panggung seorang ibu menyelutuk “Tidak ada kelebihan.” Cai Li Xu dengan  bercanda berkata. “ Wah, saya kagum akan keberanianmu, suami tidak ada kelebihan kamu masih berani menikahinya.”

Saat pacaran, dengan cinta berkobar-kobar, kita hanya memikirkan, saya bisa memberi apa yang dia mau, membelikan baju apa yang bagus. Wah, sejam lagi pulang kerja, mau ke restoran kesukaannya untuk makan malam, mau cari film favoritnya.  Segala tentang “Apa saja yang dapat saya lakukan untuknya”. Tapi setelah masuk kepelaminan, semuanya langsung berubah. Banyak yang berpikir menjadi “Apa yang seharusnya dia lakukan untuk saya.”

Sebenarnya saat terjadi perselingkuhan, kita boleh membalikkan waktu dan mengingat masa dimana kita hanya memikirkan kelebihan pasangan. Saat itu kita mungkin berikrar untuk  sehidup semati sampai beranak cucu. Kita masih selalu bisa mempertahankan pernikahan kita. Jaman dulu, jika ada masalah atau konflik sebesar apapun dalam rumah tangga, orang selalu bisa berusaha mencari jalan keluarnya. Tidak ada yang terpikir untuk bercerai. Dampak perceraian  sangat menghancurkan, baik bagi suami istri, terlebih lagi pada anak-anak yang tidak berdosa. Jangan biarkan budaya baru perceraian ini terjadi dalam rumah tangga anda. Jika masih bisa dipertahankan, mengapa tidak?

Lao shi Yang (杨老师) pernah membimbing seorang istri yang suaminya berselingkuh. Lao shi Yang berkata pada sang istri, jika kamu benar bertekad bulat saya baru mengajarkan caranya. Sang istri berkata ia bersedia melakukan apa saja untuk menyelamatkan perkawinannya. Lao shi Yang mengatakan kamu harus mengeluarkan senjata wanita yang paling ampuh. Apakah itu? Kelembutan.

Hari itu juga ia mengurus rumah dan anak dengan baik. Setelah anak tidur, ia berdandan dengan rapi dan duduk di kursi menunggu suami pulang. Lewat jam 12, jam 1, jam 2. Saat ini anda harus bisa tetap tenang dan berkepala dingin. Jika tidak semua usaha akan sia sia.

Akhirnya suami pulang. Sang istri dengan senyum penuh perhatian berkata, “Wah , kamu sudah bersusah payah, pasti lapar kan? Saya masakkan mie untukmu ya.” Sambil berkata ia menyimpankan tas kantor suaminya dan berjalan ke dapur. Sedangkan suaminya masih belum sadar apa yang sedang terjadi. Sang istri melakukan demikian dengan kesungguhan hati setiap hari selama beberapa bulan. Suatu hari sang suami tiba-tiba pulang sangat awal. Begitu buka pintu, langsung berlutut di depan istri dan berkata “Tolong maafkan saya, selama beberapa bulan ini hati nurani saya sangat menderita, saya mengaku salah.”
Cara menasehati atau membujuk orang yang paling manjur bukan dengan perkataan , tapi menyentuhnya dengan sikap dan perilaku yang tulus.

Bagaimana dengan Lao shi Yang sendiri? Ia punya jurus ampuh apa dalam membina rumah tangganya? Cai li Xu sangat beruntung tinggal di rumah Lao shi Yang selama 7 bulan dan menyaksikan kebijakannya dalam membina rumah tangga.
Ia berkata, di rumah Lao shi Yang, setiap saat orang pulang, selalu berkata “Saya pulang.” Dan seperti dalam budaya Jepang, orang dalam rumah pasti akan langsung menghampiri dan berkata “Wah sudah pulang, selamat datang.” Teknik menyambut ini bisa menjadi jurus membuat suasana rumah menjadi hangat dan harmonis.  Orang yang pulang akan senantiasa merasa kedatangannya disambut dan dihargai.

Kadang bila suami pulang membawa barang, istri akan berkata, “Ngapain beli barang lagi, habisin duit aja!” Tapi Lao shi Yang selalu dengan bercanda berkata “ Kamu datang saja saya sudah senang, kenapa begitu sungkan membawa oleh oleh.”Suasana rumahnya penuh rasa humor. Seperti misalnya saat suaminya memotong buah, ia selalu sambil makan berkata “Kok bisa ya memotong buah jadi semanis ini.” Suaminya juga sangat suka menyeduh teh, setiap kali meminumnya Laoshi Yang selalu berkata “Bagaimana bisa menyeduh teh sewangi ini.”

Mungkin ini kedengaran sederhana, tapi rahasia keharmonisan justru dimulai dari perhatian kita pada hal-hal kecil. Jika yang kita dengar dari pasangan hanya pujian , bagaimana perasaan kita? Bagai pepatah China berkata, Diantara suami istri,hanya karena satu pujian, jadi kuda, lembu pun rela.

Surga dan neraka hanya berbatas pada satu pemikiran, saat kita bisa selalu mempertimbangkan perasaan pasangan, berpikir demi pasangan, pikiran dan perasaan kita akan bagai di surga. Merasa berkorban? Coba pikirkan  bagaimana manisnya itu saat anda pacaran. Demikian pasangan kita juga akan membalas dengan sikap yang sama. Perasaan cinta yang berkobar-kobar ini pun dapat selalu kita bawa dari muda sampai ke akhir hayat.


Panda contributor:
Sanna Yap


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bagaimana jika terjadi perselingkuhan?"

Post a Comment

Cara mencari tekan Ctrl+F di keyboard dan masukkan Indonesia, Mandarin atau pinyin.