Ba De(八德)Delapan moral ajaran Confucius (Part I)


Ba De(八德)Delapan moral ajaran Confucius
Dalam budaya China sangat mementingkan ajaran dan realisasi moral dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa dari empat budaya kuno hanya tersisa budaya China yang tidak musnah?  Budaya China dapat bertahan selama 5000 tahun sampai sekarang karena adanya ajaran moral dari leluhur. Ba de dikatakan sebagai  moral fundamental seorang manusia, juga adalah salah satu inti sari dari ajaran Confucius. Ba berarti delapan dan De berarti moral.

Ba De terdiri dari
1.Xiao(孝) Berbakti pada orang tua
2.Ti(悌)Saudara saling hormat dan menyayangi
3.Zhong(忠)Kesetiaan.
4.Xin(信)Saling percaya dan kepercayaan
5.Li(礼)Tata Krama dan sopan santun
6.Yi(义)Kewajiban masing-masing individu
7.Lian(廉)Jujur dan bersih
8.Chi(耻)Malu untuk melakukan kesalahan

Filsafat ini diajarkan lebih dari 2 ribu tahun yang lalu. Banyak yang mempertanyakan, apa pentingnya ajaran kuno ini? Mari kita renungkan, 2 ribu tahun lalu perlu berbakti pada orang tua, 2 ribu tahun kemudian masih perlu berbakti pada orang tua? 2 ribu tahun yang lalu sesama manusia perlu saling mengasihi, 2 ribu tahun kemudian, masih perlukah kita saling mengasihi?

Pada suatu hari, seorang pengusaha sukses diundang berceramah di sebuah Universitas, ia berkata,”Murid-murid sekalian, kalau ingin sukses dan banyak uang, kalian harus melupakan moral,asalkan tidak membunuh orang, tidak membakar rumah, tidak melanggar hukum, apapun boleh kita lakukan.”

Seorang dosen yang mendengar dibawah panggung berkeringat dingin. Yang lebih mencegangkannya adalah sehabis pengusaha itu bicara, berbunyi suara apalaus yang kencang dari bawah panggung. Dosen itu berkata, ajaran moral dan budi pekerti harus segera digalakkan, karena bagi kebanyakan orang, apa yang terlebih dahulu didengar itulah yang lebih dipercaya.




Jika dalam rumah tangga ada Xiao, anak berbakti terhadap orang tua, maka pasti ada Ti, sesama saudara pasti akan akur, karena tidak tega membuat orang tua sedih. Anak yang bisa setia pada orang tua, pasti akan setia pada  masyarakat. Anak yang bisa dipercaya orang tua, pasti bisa menjadi orang yang dipercaya setelah dewasa, demikian juga Sopan Santun, Memenuhi kewajiban, Bersih dan Jujur, dan Malu berbuat salah akan muncul seiring adanya Xiao. Berbakti pada orang tua bukan saja berarti memenuhi kebutuhan materi orang tua. Anak yang Xiao setiap saat ingin membuat orang tua bangga, bahagia dan tidak khawatir.

Ada pepatah China berkata bai shan xiao wei xian(百善孝为先).
Pepatah ini mempunyai dua makna. Yang pertama berarti dari semua kebajikan, bakti anak terhadap orang tua adalah kebajikan yang paling utama. Makna kedua berarti Setelah bisa berbakti, kebajikan yang lain pun akan ikut muncul.
Di dunia ini, orang yang paling mencintai kita adalah orang tua, jika kita tidak tau berbakti dan mencintai mereka, apakah kita masih mungkin mengerti cara mencintai dan membalas budi orang lain?

Sulitkah dan pentingkah mengajar dan menerapkan Xiao?

Teknik mengajar Xiao yang paling sederhana dan manjur adalah, sebagai orang tua, sendiri harus menjadi contoh, dan mengamalkannya terlebih dahulu.
Seorang pendidik budi pekerti terkenal asal Taiwan Cai Li Xu (蔡礼旭) berkata:
“Saat saya masih sangat kecil, melihat ibu membuka lemari es mengeluarkan buah. Bukan untuk saya, Tapi untuk kakek dan nenek saya. Tunggu sampai badan saya cukup besar untuk membuka lemari es, saya menghidangkan buah untuk siapa? Tentu saja untuk kakek, nenek, ayah dan ibu. Teman-teman, jika anda tunggu mertua tidur dan menghidangkan buah tersebut untuk anak anda, “Sayang, ini buah ibu beli mahal-mahal untukmu.” Sambil makan dengan lahap, ia pasti sekaligus meniru dengan persis, setelah dewasa saat ia melihat sesuatu yang bagus ia akan berikan untuk siapa? Pasti bukan anda. Karena sejak ia kecil, anda tidak menjadi role model untuk senantiasa perhatian pada orang tua.

Jika contoh yang kita berikan adalah keegoisan, anak kita pertama-tama egois terhadap orang terdekatnya, yaitu orang tuanya. Jika dalam momen-momen kecil kita sendiri selalu perhatian kepada orang tua, anak kita pasti mengingat dalam hati dan mencontoh, ikut tumbuh menjadi sangat berbakti.

Teknik kedua adalah suami istri saling bekerja sama mengajar Xiao.Contohnya ayah dapat berkata “Anakku, kamu boleh tidak berbakti padaku, tapi kamu tidak boleh tidak berbakti pada ibumu. Taukah kamu saat ibumu mengandungmu, ia muntah terus, betapa sakitnya disaat melahirkanmu, sejak kamu kecil ia terus mengkhawatirkanmu... Anda boleh menggambarkannya sedramatis mungkin. Sedangkan ibu juga menceritakan jerih payah dan pengorbanan ayah dalam bekerja dan membina rumah tangga. Jangan sekali kali menjelekkan pasanganmu didepan anakmu, bukan saja merusak hubungan suami istri, setelah beranjak dewasa, anak akan dengan sama memandang rendah anda berdua.

2.Ti(悌) Saudara saling hormat dan menyayangi
Saudara mungkin adalah anggota keluarga yang menemani hidup kita paling lama didunia ini. Bagi orang tua tak ada hal yang lebih  membahagiakan selain anaknya berbakti, saling mengasihi dan bahagia. Tapi orang tua sering mengukur kebahagiaan dan kesuksesan anaknya dengan jumlah materi. Di jaman ini sering terjadi perselisihan diantara saudara. Penyebab yang paling sering muncul adalah masalah keuangan dan perselisihan mulut.

Dari mana sumber masalahnya?
Ada seorang ibu sejak anak-anaknya masih kecil ia suka berkata, Ada uang tidak dapat melakukan segalanya, tapi tidak ada uang tidak bisa melakukan segalanya.(钱不是万能,没有钱万万不能). Kata-kata ibu itu menggambarkan pentingnya uang baginya. Beberapa kali ia bertengkar dengan saudaranya karena masalah uang. Ia sangat memanjakan putri sulungnya dan sejak kecil memberikan segala yang ia minta, sedang adik-adik yang lain tidak kebagian.

Setelah anaknya dewasa dan suaminya meninggal,ibu itu sakit keras. Anak-anaknya mulai bersitegang tentang masalah warisan. Pada saat yang sama sang putri sulung tidak bersedia peduli dan merawat ibunya. Ia mengambil biaya parkir, bensin dan uang jalan untuk menjenguk sang ibu.Walau ia sudah menikah dengan suami kaya. Putri sulung itu kemudian sangat mendendam pada ibu dan saudaranya karena sebagian besar warisan diberikan pada adiknya yang sakit.

Seorang teman mengingatkan putri sulung tersebut, hati hati, nanti anak-anakmu  seperti kamu. Putri sulung itu berkata, saya sangat menyayangi anakku dan memberikan apa saja yang mereka inginkan. Tidak mungkin kelak mereka tidak berbakti padaku. Sepertinya skenario yang sama terulang,bahkan lebih parah. Anaknya tidak pernah akur. Anak sulungnya sering marah besar jika diminta bantuan melakukan sesuatu. Ia menggambarkan anak sulungnya seperti bom yang setiap saat bisa meledak , dan anak bungsunya sejak kecil sudah berprilaku sangat tidak sopan terhadap orangtua nya.

Satu lagi kejadian di China, ada seorang supir taxi dengan sedih bercerita, karena miskin, keluarganya hanya bisa membeli sepotong daging setiap hari. Daging tersebut hanya diberikan pada putrinya. Hari itu sang sopir tidak enak badan, istrinya pun memberi satu-satunya daging tersebut padanya. Sang putri langsung menampar ayahnya dengan keras dan berkata, Daging ini milik saya!

Apakah tepat cara menyayangi  anak dengan memberikan apa saja yang mereka inginkan? Lagipula jika kita membesarkan anak dengan pilih kasih, apa yang akan terjadi? Anak yang mendapat kasih sayang jauh lebih banyak akan merasa semua milik orangtuanya  sudah seharusnya miliknya. Ia juga tidak akan mengerti membalas budi dan berterima kasih atau berbagi dengan saudaranya yang lain. Sedang anak yang kurang disayang akan merasa diri sendiri tidak berarti dan rendah diri. Dan setelah mereka dewasa juga mudah terjadi perselisihan.

Ada lagi seorang ibu punya dua anak yang sangat cerdas. Ia menyiapkan dana yang sangat besar untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Tapi ia berkata, jaman sekarang kita tidak dapat mengharapkan anak kelak akan berbakti. Kita harus menyiapkan sendiri uang untuk kita tua dan sakit nantinya.

Teman teman, kisah-kisah nyata diatas terdengar familiar? Demikian susahnya mendapat anak yang baik di jaman sekarang ini? Dimanakah letak permasalahannya?

Xiao dan Ti dibalik kebijaksanaan orang tua
Sebelum ibunda Confucius menikah dengan ayahnya, kakek dari ibunda Confucius sudah menyelidiki, leluhur ayah konfucius turun temurun memiliki budi pekerti luhur. Ia memprediksi, keluarganya pasti akan jaya dan akan ada keturunan yang luar biasa. Ternyata benar lahirlah Filusuf Konfucius. Ajaran Konfucius telah mensejahterakan hidup orang diseluruh dunia tak tak terhingga jumlahnya selama lebih dari 2 ribu tahun. Keturunan Konfucius sekarang sudah sampai generasi ke 79, masih sangat berbudi pekerti dan masih sangat dihormati baik di negeri China maupun luar negeri.

Hal yang hampir sama terjadi pada keluarga Cai Li Xu (蔡礼旭).
Saat ibunya memutuskan menikah dengan ayahnya. Kakek dari ibunya meminta ia mempertimbangkan dengan baik, karena keluarga ayahnya tergolong miskin dan adik-adik ayahnya masih duduk di bangku sekolah. Kehidupan di kemudian hari akan susah, sedangkan masih banyak orang kaya yang melamar. Tapi ibunya tetap pada keputusannya karena ayah Cai li Xu sangat berbakti pada orang tua. Kakek dari ibunya benar, setelah menikah, ibunya ikut bekerja keras, mengajar untuk menghidupi  keluarga dan membiayai sekolah adik-adik ayahnya.

Dapat dibayangkan keharmonisan keluarga ini. Anak dan menantu berbakti, sedang saudara saling mengasihi dan bahu membahu. Bagaimana dengan keturunannya?

Cai Li Xu adalah putra bungsu dari tiga bersaudara. Sejak kecil ia sudah sangat sopan. Saat ada tamu yang lebih senior berkunjung ke rumah, tidak perduli ia sedang melakukan apa, langsung ia kesampingkan dan berjalan kedepan tamu tersebut, membungkukkan badan dengan hormat menyapa mereka. Katanya,biasanya tamu tersebut akan tertawa lebar dan mengelus kepala kecilnya, mereka senang ia pun puas.

Dia berkata, Saya sangat beruntung kedua kakak saya sangat menyayangiku. Kakak pertamaku satu universitas denganku. Suatu kali saya sakit, harus minum obat China yang perlu dimasak berjam-jam...Dengan penuh suka cita ia menggambarkan bagaimana kakaknya dengan susah payah, hari demi hari menyediakan obat tersebut untuknya.

Pada suatu kesempatan, ia pergi ke Australia mengikuti workshop budi pekerti.
Disitu ia berkenalan dengan Paman Lu(卢叔叔)yang pernah menjadi Direktur Jendral Yamaha dan Lao shi Yang(杨老师), guru pembimbing workshop tersebut. Dia berkata mereka adalah orang yang penuh cinta kasih dan bersedia mendidik generasi muda, dan saya beruntung mendapat perhatian dan manfaat yang paling besar. Mengapa?  Katanya, saat orang lain bersedia mendidik, kita juga harus siap dididik. Dia bersedia dikritik dan karena kesopanan dan kerendahan hatinya, ia banyak belajar tentang kebijaksanaan hidup dari mereka.

Sekarang Ia sukses, terkenal dan dihormati dimana-mana, keberbagai negara mengajarkan cara hidup bahagia, termasuk cara berbakti pada orang tua.
Berapa gajinya? Ia bekerja tanpa dibayar.
Biaya mengajar dan transport pun didapat dari uang amal yang datang dari segala penjuru. Kedua kakaknya juga menjadi donator tetapnya. Sedang modalnya sendiri adalah ketulusan dan cinta kasih. Banyak orang kaya maupun miskin, tua maupun muda berkonsultasi tentang masalah kehidupan padanya.

Bagaimana ia bisa dididik sebijaksana itu? Orang tuanya tidak perlu susah-payah mengajarkannya. Inilah yang dinamakan shen jiao (身教)yang artinya, mengajar tanpa dengan perkataan tapi dengan mempraktekkannya.

Apakah yang paling dibutuhkan seorang anak? Anda mungkin menjawab pendidikan. Pendidikan yang bisa menghasilkan uang yang lebih banyak?Dengan uang yang lebih banyak kita bisa bahagia. Benarkah?
Teman-teman, ibu putri sulung yang punya suami kaya tadi lebih bahagia atau orang tua Cai Li Xu? Lebih sukakah anda pada menantu kaya? Jaman sekarang, sebelum putri dinikahkan orang tua selalu bertanya, berapa gajinya? Sudah punya rumah belum?

Seperti yang dikatakan pepatah china, Moral sebagai yang utama, harta diurutan berikutnya.(德者本也 财者末也). Sering kali kita mengejar kebahagiaan tapi tidak menyadari kita mengejar ke arah yang salah. Bila kekayaan kita didasari moral dan budi pekerti, kita pasti akan bahagia, tapi walau tidak bisa kaya pun, bila kita bisa melandaskan segala sesuatu dengan moral, bayangkan, misalnya dengan anak cucu akur dan berbakti, kita pasti bahagia.

Anda masih ingin keturunan anda kaya dan jaya?
Jangan lupa, bila anda ingin panen sesuatu anda harus menanamnya terlebih dahulu. Apa yang anda tanam itulah yang akan dituai. Jangan berharap anak anda berbakti, bila anda sendiri tidak berbakti. Jangan berharap anak anda kaya dan bahagia  jika anda tidak mengajarkannya mengerti akan memberi dan berbagi. Karena apa yang anda berikan, itulah yang anda dapatkan.

Bersambung...


Panda Contributor:
Sanna Yap

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Ba De(八德)Delapan moral ajaran Confucius (Part I)"

  1. Hi, boleh tanya untuk isi artikelnya dari buku apa ya? Ba De ini

    ReplyDelete

Cara mencari tekan Ctrl+F di keyboard dan masukkan Indonesia, Mandarin atau pinyin.