Dunia senantiasa mengalami perubahan, begitu pula dengan manusia. Perubahan memang tidak dapat kita hindari, akan tetapi bukan berarti harus menghilangkan sama sekali nilai-nilai lama. Kuno tidak selamanya jelek, modern tidak selamanya baik. Dengan mempelajari sejarah kita akan dapat menyerap nilai-nilai positif lantas mengembangkannya agar bisa sesuai dengan kondisi jaman.
Dewasa ini setiap orang berlomba-lomba untuk dapat menimba ilmu setinggi bintang di langit. Jika ada s4/s5 tentunya orang tidak akan puas lagi dengan hanya memiliki gelar sebagai professor/guru besar. Banyak sekali motivasi orang untuk menimba ilmu setinggi-tingginya, salah satu yang paling umum adalah untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik. Memiliki pendidikan yang lebih tinggi maka kesempatan berkarya akan lebih luas.
Ada pepatah dalam bahasa mandarin yang berbunyi xue hai wu ya huo dao lao xue dao lao 学海无涯,活到老,学到老,bisa diterjemahkan dalam bahasa indonesia kurang lebih begini: "Belajar itu tiada batasnya, hidup sampai tua, belajar sampai tua". Dengan demikian orang-orang kuno sebenarnya memiliki pandangan yang sangat luas & mendalam tentang belajar. Seseorang seumur hidupnya harus belajar, belajar itu tidak mengenal tempat & waktu.
Dalam masyarakat tionghua masa lalu juga dikenal adanya kasta, ada 4 kasta. 4 kasta di urutkan dari yang teratas ke yang terendah adalah: golongan pelajar, golongan petani, golongan tukang, golongan pedagang. Pedagang berada pada urutan terakhir karena selalu membicarakan untung-rugi. Pelajar menempati urutan teratas karena dinilai memiliki budi pekerti yang luhur.
Dalam kitab kuno 3 Aksara 三字经 diuraikan bahwa sebelum seseorang mempelajari ilmu pengetahuan terlebih dahulu harus belajar bagaimana berbakti kepada orang tua, antar saudara bisa harmonis. Bahkan dalam kitab Lun Yu 论语 jelas dikatakan: Seseorang walau tidak memiliki pengetahuan yang luas akan tetapi dapat mempraktekkan bagaimana menjadi manusia yang seutuhnya, memiliki budi pekerti dapat disebut sebagai seorang terpelajar.
Ilmu pengetahuan diperoleh dari bangku pendidikan formal. Bebicara tentang pendidikan formal, dewasa ini ada banyak pihak yang terkait. Pemerintah memang berkewajiban untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai, tapi bukan berarti pihak yang lain lantas lepas tangan & terus mengkritik pemerintah tiada habis. Masih ada 3 pihak selain pemerintah yang ikut menentukan proses pendidikan bisa berhasil/tidak, yaitu: orang tua, guru, diri kita sendiri sebagai murid.
Adalah suatu kesalahan bagi orang tua jika ia hanya mampu memberi makan kepada anak-anaknya tanpa memberikan pendidikan yang cukup. Ada pepatah dalam bahasa mandari yang berbunyi: yang er dai lao ji gu fang ji, yanng zi bu jiao bu ru yang li, yang nu bu jiao bu ru yang zhu 养儿待老,积谷防饥。养子不教,不如养驴。养女不教,不如养猪。“Membesarkan anak agar mempunyai sandaran di hari tua, menyimpan biji-bijian untuk mengantisipasi datangnya bahaya kelaparan. Membesarkan anak lelaki tanpa mendidik, lebih parah daripada memelihara seekor keledai. Membesarkan anak perempuan tanpa mendidik, lebih parah daripada memelihara seekor babi. Orang tua walau dalam keadaan yang serba terbatas senantiasa mencarikan sekolah yang terbaik untuk kita“. Coba mari kita renungkan, dulu kita waktu daftar SMP, SMA, kuliah masuk kategori apa, berapa banyak uang yang telah mereka keluarkan demi kita? Sudahkah kita berusaha maksimal untuk mencapai kategori teratas demi meringankan beban ortu?
Tugas guru ada 2 yaitu mengajar & mendidik. Mengajar jauh lebih mudah daripada mendidik. Mendidik membutuhkan proses yang panjang, sedangkan mengajar hasilnya bisa langsung terlihat. Mengajar cukup berbagi pengetahuan dengan murid, mendidik itu menanamkan nilai-nilai positif. Dulu sewaktu smp di sekolah jika ada yang ketahuan mengeluarkan kata-kata jorok, tidak akan dihukum ”berat”. Mereka cukup di suruh kumur dengan air sebanyak satu ember besar. Ini adalah nilai-nilai mendidik. Dengan adanya hukuman tersebut para guru ke depannya mengharapkan agar kelak kita tidak sembarangan berkata kotor.
Terakhir adalah kita sendiri. Manusia dilahirkan sama, kelak mau menjadi pandai/tidak tergantung diri kita sendiri. Jika pemerintah sudah memberikan pelayanan yang terbaik, orang tua sudah memberikan dukungan penuh, guru sudah berjerih payah jika masih kurang berhasil salahkan diri sendiri.
0 Response to "Belajar itu Tiada Batasnya, Hidup Sampai Tua, Belajar Sampai Tua (学海无涯,活到老,学到老)"
Post a Comment